Selasa, 23 Mei 2017

Kembali Posting Tulisan Menohok, Ini Sindiran Afi untuk Penghujat dan Pengancamnya!

Kembali Posting Tulisan Menohok, Ini Sindiran Afi untuk Penghujat dan Pengancamnya!

Baca Juga


Imbas dari tulisan 'Warisan' yang dibuat siswi SMA asal Banyuwangi, Asa Firda Inayah (19), berbuntut panjang.

Betapa tidak, setelah tulisan itu viral, pemilik akun jejaring sosial Facebook Afi Nihaya Faradisa ini kerap dirisak, dihujat bahkan diancam akan dibunuh.

Ia mengaku sering mendapat ancaman pasca statusnya di akun Facebooknya viral dan disukai banyak orang.

Ancaman itu datang dari inbox di Facebooknya dan telepon dari orang tidak dikenal.

"Saya dianggap sebagai liberal, sekuler dan tidak berpihak kepada Islam," kata siswi kelas III SMA Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi itu saat ditemui di Kota Malang, Jumat (19/5/2017).

Seolah memberikan jawaban kepada para pengancam serta penghujatnya, Senin (22/5/2017), Afi pun kembali mengunggah tulisan sarat sindiran di Facebook miliknya.

Tulisan itu berjudul 'Cara Agar Hidupmu Damai di Negeri ini'.

Di tulisan itu, Afi seolah berperan sebagai seorang kakak yang menasihati adik-adiknya, namun sarat kalimat bermajas sarkasme.

Dalam tulisan itu, Afi meminta agar para adik kelasnya jangan pernah bersuara, jangan pernah percaya diri, jangan bersikap kritis, jangan berpendapat, jangan suarakan keresahan, jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.

"Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik. Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik. Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan," tulis Afi.

Afi pun seolah memberikan contoh dirinya yang vokal dan pemikirannya berbeda sehingga mendapatkan banyak hujatan dan makian.

"Adik-adikku para harapan bangsa, belakangan ini seorang anak telah membuktikannya. Entah berapa ribu kali pesan penghakiman telah dilontarkan orang. Entah berapa ribu kali ia dikatakan tidak pernah ngaji atau tidak berpihak pada agama yang ia anut dengan keputusannya sediri. Ia memaparkan pandangan universal yang dipahami oleh semua agama, sedangkan beberapa orang memberi tanggapan dan tandingan hanya dengan menggunakan perspektif yang berasal dari keyakinannya sendiri. Dimana nyambungnya?" tulis Afi.

Di akhir tulisan, Afi pun menggambarkan bagaimana negeri yang ditinggalinya dan secara sarkasme, meminta adik-adik kelasnya memupuskan harapan mereka.

"Ingatlah yang kakak sampaikan. Jangan terlalu tinggi harapan! Kau lihat sendiri, di negeri ini, Korupsi, rusak moral, dan sepi nalar tidak apa-apa, asalkan kau tidak berkata terlampau jujur terhadap realita," tulis Afi.

Berikut tulisan lengkap Afi seperti dilansir oleh TRIBUNNEWS.com:

CARA AGAR HIDUPMU DAMAI DI NEGERI INI

Teruntuk adik-adikku di SMP dan SMA, jangan pernah bersuara. Jangan pernah percaya diri untuk tampil berbeda. Jangan bersikap kritis. Jangan berpendapat. Jangan suarakan keresahan kalian. Jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.

Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik.

Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik.

Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan.

Wahai adik-adikku yang akan memimpin para orang dewasa itu di negeri ini beberapa tahun lagi, sekolah ya sekolah saja.

Datang, duduk, kerjakan tugas, ujian, pulang. Jangan berani mengkritik sistem pendidikan, guru, atau peristiwa di sekitarmu.

Kau hanyalah bocah yang tak tahu apa-apa, lalu apa hakmu untuk bersuara?

Simpanlah rasa keprihatinanmu untuk diri sendiri, jangan sampai mereka melumatmu bertubi-tubi. Kalau bisa jadilah anak yang datar, yang biasa-biasa saja.

Tak banyak menarik perhatian, kujamin kau aman. Jadilah seperti umumnya anak-anak lain yang memenuhi hapenya dengan foto selfie, menghabiskan waktu nongkrong di kafe, eksis di mana-mana.
Jangan sampai kalah penampilan sama teman-temanmu itu. Bersenang-senanglah juga selagi muda, haha hihi chatting sama pacar, lalu piknik kalau lagi jenuh.

Hobi menulis atau membaca itu terlalu sederhana, tidak memberi kebanggaan kalau dipamerkan ke teman.

Dan curang atau nyontek saja kalau kesulitan mengerjakan soal ujian, kemudian saat lulus corat-coret baju dan konvoi di jalan raya.

Pada akhirnya, saat kau punya rasa penasaran yang tidak terpuaskan, kau akan merasa wajar ketika mencari obatnya dari lingkungan yang menggiringmu pada seks, narkoba, dan kenakalan khas remaja. Bukankah juga banyak temanmu yang seperti itu?

Jadi adik-adikku, jangan mikir yang berat-berat, apalagi belajar untuk jadi bijaksana dan berpemikiran terbuka sejak usia muda.

Karena alih-alih diapresiasi, kau mungkin akan dilumat bertubi-tubi. Tidak usah.

Adik-adikku para harapan bangsa, Belakangan ini seorang anak telah membuktikannya. Entah berapa ribu kali pesan penghakiman telah dilontarkan orang.

Entah berapa ribu kali ia dikatakan tidak pernah ngaji atau tidak berpihak pada agama yang ia anut dengan keputusannya sediri.

Ia memaparkan pandangan universal yang dipahami oleh semua agama, sedangkan beberapa orang memberi tanggapan dan tandingan hanya dengan menggunakan perspektif yang berasal dari keyakinannya sendiri.

Dimana nyambungnya?

Justru itulah yang coba anak itu sampaikan, mengapa beberapa orang memaksakan kebenaran agamanya dan menutup mata bahwa orang lain pun juga meyakini hal yang sama terhadap agamanya.

Apakah kau menyadari bahwa tiap pemeluk di tiap agama itu sama taatnya, sama tulusnya, dan sama yakinnya denganmu?

Apakah kau sadar bahwa masing-masing juga punya kitab yang menurut versi mereka adalah sebuah kebenaran yang tak terbantahkan?

Apakah kau sadar bahwa mereka juga bisa membela imannya dengan kegigihan yang sama?

Apa yang coba ia sampaikan hanyalah untuk menjaga kerukunan, hanyalah untuk menghormati klaim kebenaran versi sendiri-sendiri.

Tuhan menciptakan kita dengan pikiran yang berbeda, tidak diseragamkan sesuai kehendak orang yang (cuma) merasa jadi wakil-Nya.

Ia hanya menyampaikan bahwa bersikap takwa dan setia pada agama tidak harus dengan mendiskreditkan keyakinan yang berbeda.

Betapa susahnya memahami hal sesederhana itu saja, sampai-sampai bullyan tak hentinya datang.

Adik-adikku sayang, Ingatlah yang kakak sampaikan.

Jangan terlalu tinggi harapan! Kau lihat sendiri, di negeri ini, Korupsi, rusak moral, dan sepi nalar tidak apa-apa, asalkan kau tidak berkata terlampau jujur terhadap realita.

Afi Nihaya Faradisa

Sumber: Tribunnews.com

Related Posts

Kembali Posting Tulisan Menohok, Ini Sindiran Afi untuk Penghujat dan Pengancamnya!
4/ 5
Oleh