Baca Juga
Liputanviva - Hutang seolah menjadi salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seorang manusia.
Meski beberapa kebutuhan hidup dirasa sudah terpenuhi, tetap saja keinginan manusia untuk memiliki sesuatu yang lebih selalu muncul.
Jika sudah begitu maka berhutang sering menjadi salah satu jalan yang ditempuh sebagian orang.
Jika sudah terlilit hutang, maka wajib bagi yang berhutang untuk melunasi hutang secepatnya tanpa menunda-nunda.
Sayangnya, sebagian umat Islam ada yang seringkali melupakan hutangnya, entah itu karena lupa atau memang seolah tak mau membayarnya.
Hal ini terus terbawa hingga mati dan sayangnya, ia justru tidak mewasiatkan kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah hutang tersebut.
Meski telah meninggal, kewajiban hutang tetap harus dilunasi.
Perlu diketahui bahwa pelunasan hutang di akhirat sungguh sangat merugikan bagi orang yang meninggalkan hutang di dunia.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Barang siapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham" (HR Ibnu Majah).
Merupakan sebuah kerugian besar saat amal kebaikan yang sudah kita kumpulkan selama di dunia harus diambil dan diberikan kepada si pemberi hutang karena kita tak mampu membayarnya saat masih hidup di dunia.
Akan tetapi dimasa kini, seolah sangat terlihat jelas bagaimana beberapa orang-orang seakan meremehkan hutang.
Ketika ia membutuhkannya, maka sikapnya akan memelas kepada yang menghutangkan dan rela melakukan apa saja demi mendapatkan pinjaman.
Tapi jika ia diminta untuk membayar, sikapnya berubah.
Ada yang menghilang, ada yang seolah lupa, ada yang selalu memberi alasan dan menunda, bahkan tak jarang ada yang justru bersikap temperamental saat hutangnya ditagih.
Tak salah jika kini banyak orang yang enggan memberi hutang.
Hal ini kerap menjadi peluang bagi para rentenir untuk memanfaatkan keadaan dimana jika si penghutang tidak bisa membayar, maka ia akan berhadapan dengan debt kolektor dan masalah yang panjang.
Hal ini justru dikarenakan kesalahan orang-orang sendiri yang enggan melunasi dan terkesan melalaikan hutang.
Padahal di zaman Rasulullah, orang yang berhutang tidak akan disalatkan oleh Rasulullah, meski ia melakukan banyak kebaikan.
Dari Salamah bin Akwa Radhiyallahu Anhu, ia berkata :
"…. Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Salatkanlah dia!” Beliau bertanya “Apakah dia meninggalkan sesuatu” Mereka menjawab “Tidak ada”.
Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Salatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qatadah berkata “Wahai Rasulullah salatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya (HR Bukhari).
Karenanya Rasulullah menyebut jika orang yang membayar hutang adalah sebaik-baik manusia.
Jikalau tidak mampu melunasinya, maka bayarlah sebagian dahulu karena hal ini akan menimbulkan hubungan baik antara penghutang dengan yang menghutangkan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR Bukhari).
Semoga kita selalu berhati-hati dalam berhutang dan segera melunasinya jika memiliki hutang, agar amalan baik yang kita lakukan tidak hilang di akhirat kelak. Wallahu A’lam
Sumber: Suara-islam.com
Segera Lunasi Hutang Anda Jika Tidak Ingin Mengalami Hal Mengerikan Ini
4/
5
Oleh
Unknown